Meneliti Kegiatan UKM pemasaran
“Tunas Mekar Photocopy dan Printing” Menggunkan Flowchart dan Mencari Kelemahan
Sistemnya
Sebuah Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang bergerak dibidang jasa photocopy, printing, pembuatan
brosur, banner, kartu nama dll serta menjual alat-alat kebutuhan kantor
lainnya, Usaha yang dinamakan Tunas Mekar Photochopy & Printing ini berdiri
sejak sekitar 2 tahun yang lalu, tepatnya bulan Oktober tahun 2010. Usaha ini
didirikan oleh Bapak Budi Setiawan. Terletak di Jl. KH. Noer Ali Komplek Ruko
Duta Permai Kalimalang Bekasi, bersebelahan dengan kampus Universitas
Gunadarma.
Flowchart
dari Tunas Mekar Photochopy & Printing
Penjelasan Flowchart :
1. Pembukaan usaha Jasa “ Tunas
Mekar Copy & Printing “
2. Pencatatan Modal awal Usaha
3. Costumer datang untuk membeli
ATK atau peralatan yang ada atau memfotocopy
4.
Jika membeli barang maka melakukan transaksi pembayaran
5.
Jika meminta jasa Photocopy dan Printing maka dilakukan pemrosesan
photocopy dan printing tersebut
6.
Kemudian melakukan pembayaran dari transaksi tersebut
7. Lalu Pemrosesan Keuangan dilakukan pada bagian
pegawai keuangan
8. Setelah uang diterima kemudian disetorkan pada
pemilik usaha
9. Demikian proses dari “Tunas Mekar Photocopy dan Printing”
Berikut nota yang
diberikan fotocopy & printing pada costumer
KELEMAHAN PADA SISTEM “Tunas Mekar Photocopy dan
Printing”
·
Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM
yang menguasai teknologi informasi.
·
Pengembangan sistem informasi membutuhkan
waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan
rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
·
Perubahan dalam teknologi informasi terjadi
secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat
sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to
date).
·
Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi
operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
·
Adanya demotivasi dari karyawan
ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core
competency pekerjaan mereka.
·
Kurangnya tenaga ahli (expert) di
bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan
distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
·
Perlu waktu yang lama untuk mengembangkan
sistem karena harus dimulai dari nol
·
Sumberdaya internal yang kurang pengalaman dan
pengetahuan sehingga menyebabkan resiko kesalahan pada sistem
·
Resiko kerugian ditanggung sendiri
oleh pihak perusahaan sehingga menyebabkan kerugian yang lebih besar.
·
Kemungkinan program mengandung bug
sangat besar
·
Ketidakterlibatan pihak end user dapat
menyebabkan kemungkinan gagalnya Sistem Informasi seperti yang diharapkan dan
sesuai dengan kebutuhan.
·
Kesulitan para pemakai dalam menyatakan
kebutuhan dan kesukaran pengembangan memahami mereka dan seringkali hal ini
membuat para pengembang merasa putus asa
·
Adanya hambatan dana dari pihak
manajemen yang diusulkan oleh divisi khusus (menangani Sistem informasi).
·
Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas
karena tidak adanya target yang ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh
perusahaan
·
Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh
karyawannya sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar